NGRAMBE – Ratusan warga memadati Lapangan Mangkleng, Desa Babadan, Kecamatan Ngrambe pada Senin malam, 18 Agustus 2025. Malam itu, suasana menjadi syahdu sekaligus meriah dengan dua agenda besar: Pengajian Akbar bersama mubalighah Ustadzah Kharisma Yogi Noviana dari Madiun, serta pagelaran wayang kulit oleh dalang muda Ki Ryan Wahyu Priyambodo dengan lakon “Abimanyu Pinayung.”
Kegiatan ini terselenggara atas inisiatif Pemerintah Desa Babadan Ngrambe dalam rangka tasyakuran “Bersih Desa” Desa Babadan Ngrambe dan menjadi magnet bagi masyarakat dari berbagai penjuru. Tak hanya warga sekitar, banyak pula tamu undangan dari lintas sektor hadir untuk bersama-sama menyemarakkan acara.

Camat Ngrambe, Kusnu Heri Purwanto, hadir didampingi Kepala Desa Babadan, Sunaryo. Dalam sambutannya, Camat Kusnu menekankan bahwa pengajian dan pagelaran seni tradisi merupakan wadah penting untuk memperkuat iman sekaligus melestarikan budaya bangsa. “Momen seperti ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk meneguhkan nilai-nilai spiritual dan kebersamaan masyarakat,” ujarnya.
Hadir pula jajaran pemerintah kecamatan, antara lain Kasi Kesos Raden Wahyu Trijanto, Kasi PMD Indra Sudarmaji, Kasi Yanum Rumini, dan Kasi Trantib Aris Munandar. Dukungan lintas sektor tampak dari kehadiran Koramil 0805/07 Ngrambe, Polsek Ngrambe, Kepala Puskesmas Ngrambe Muda Trimaryo Prisadono, Korwil Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ngrambe, serta para kepala desa dari wilayah Kecamatan Ngrambe.

Suasana semakin hidup ketika Ustadzah Kharisma menyampaikan tausiyah penuh makna. Beliau mengingatkan pentingnya menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, di tengah malam, wayang kulit dengan lakon “Abimanyu Pinayung” menghadirkan kisah kepahlawanan yang sarat nilai moral.
Bagi warga, kehadiran dua agenda dalam satu malam menjadi pengalaman yang membekas. Subekti, salah seorang peserta, menyampaikan kesannya, “Pengajian memberi pencerahan hati, sementara wayang menghibur sekaligus mengajarkan nilai kehidupan. Inilah bentuk acara yang lengkap—rohani, budaya, dan kebersamaan. Kami berharap kegiatan seperti ini terus diadakan.”

Malam yang penuh cahaya itu akhirnya menjadi penegas bahwa kolaborasi antara spiritualitas dan seni tradisi mampu mengikat masyarakat dalam satu rasa: kebersamaan. Di balik alunan gamelan dan lantunan doa, warga Ngrambe menemukan energi baru untuk melangkah ke depan dengan semangat yang lebih kuat.